Kebakaran dalam hutan dapat terjadi bila sedikitnya tersedia tiga
komponen yaitu bahan bakar yang potensial, oksigen atau udara dan penyalaan
api.
Seluruh komponen penyusun hutan pada dasarnya dapat merupakan bahan bakar
untuk kebakaran hutan. Potensi komponen tersebut sebagai bahan bakar, baik
sendiri atau secara kumulatif, ditentukan oleh jumlah, kondisi terutama kadar
airnya dan penyebaran dalam hutan.Areal Hutan Kecamatan Marawola Barat, Sulawesi Tengah |
Pohon-pohon penyusun hutan, yang merupakan bagian terbesar dari
komponen hutan yang dapat berperan sebagai bahan bakar, mempunyai potensi dan
kemudahan terbakar yang sangat bervariasi. Perbedaan kemudahan terbakar
tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan jenis atau komposisi jenis tanaman.
Jnis pohon-pohon berdaun lebar lebih sulit terbakar dibanding pohon-pohon
berdaun jarum yang banyak mengandung resin
Jenis-jenis tumbuhan bawah pada lantai hutan, yang biasanya terdiri
dari jenis-jenis semak belukar dan pohon berukuran kecil lain, secara
keseluruhan merupakan akumulasi bahan bakar yang cukup potensial bila dalam
keadaan kering. Semak belukar di bawah hutan jati yang selalu tumbuh dan hijau
pada musim hujan, lebih sulit terbakar dibanding semak belukar kering pada
musim kemarau. Semak belukar biasanya merupakan lapisan tajuk bawah yang cukup
tebal sehingga dalam kondisi kering mempunyai potensi sebagai bahan bakar yang
sangat potensial. Tumbuhan penutup tanah yang terdiri atas rerumputan dan herba
biasanya membentuk lapisan tipis dan merata pada permukaan tanah. Pada musim
kemarau lapisan ini secara serentak mengering dan oleh karenanya merupakan
bahanbakar yang sangat mendukung penyebaran api.
Di samping bahan bakar yang dijelaskan di atas, di dalam hutan juga
terdapat bahan-bahan tumbuhan yang telah mati berupa serasah daun dan ranting
atau kayu mati yang berjatuhan. Bahan-bahan organik mati di atas lantai hutan
pada umumnya mudah mengering dan tersebar merata. Pada tipe hutan tertentu
lapisan bahan organik mati pada lantai hutan dapat sangat tebal membentuk
lapisan bahan organik yang disebut gambut.
Pohon-pohon tua yang telah mati tetapi masih tetap berdiri seringkali
dijumpai di dalam hutan. Pada hutan-hutan bekas tebangan pohon atau bagian
pohon yang mati banyak dijumpai di lantai hutan. Pada hutan tropik bekas
tebangan bahkan dijumpai banyak pohon-pohon rusak atau mati dan tetap berdiri
akibat penebangan. Pohon-pohon yang mati atau rusak akibat penebangan mudah
mengering dan merupakan bahan bakar yang potensial dalam hutan.
Komponen kedua dari proses kebakaran hutan adalah tersedianya oksigen
atau udara. Oksigen atau udara pada umumnya tersedia dalam kondisi berlimpah
pada bagian hutan di atas permukaan tanah, misalnya di dalam lapisan tajuk,
lapisan batang dan lapisan tumbuhan bawah. Di dalam serasah yang tidak padat
juga terdapat udara yang cukup banyak. Sedangkan pada bagian-bagian hutan yang
lain seperti dalam lapisan gambut, dalam ruang perakaran, oksigen hanya
tersedia dalam jumlah yang sangat terbatas. Ketersediaan oksigen atau udara
dalam proses kebakaran hutan akan sangat menentukan timbulnya penyalaan api.
Bila kondisi oksigen atau udara yang melimpah pada saat kebakaran hutan
terjadi, maka kebakaran akan disertai nyala api besar. Sebaliknya bila
ketersediaan oksigen atau udara terbatas, maka kebakaran hutan tidak
menimbulkan nyala api, misalnya kebakaran gambut.
Komponen ketiga yaitu adanya penyalaan api yang dalam hutan dapat
terjadi secara alami, misalnya akibat petir dan gejala vulkanik. Sumber penyalaan
api lain dapat berasal dari pengangkutan, pembersihan lapangan pratanam, atau
kegiatan manusia lainnya. Terdapat korelasi antara pusat-pusat pemukiman
penduduk di sekitar hutan dengan timbulnya sumber api.
Terimakasih infonya, sukses terus,.
ReplyDeleteKunjungi juga http://bit.ly/2HdEK6A