7 Kebohongan di Pikiran Ketika Depresi

Depresi mengisi kepalamu dengan pikiran-pikiran yang gak bisa diandalkan untuk bangkit dari keterpurukan. Pikiranmu ketika depresi biasanya dipenuhi dengan hal-hal yang malah menghambatmu untuk sembuh dengan berbagai kebohongan. Maka dari itu, kadang kamu harus melawannya dengan lebih keras. Dibawah akan dipaparkan beberapa kebohongan yang dihasilkan pikiranmu untuk dilawan. Demi kesehatan keintimanmu yang lebih baik. Cekicroot!!!
  1 “Depresimu terjadi karena dirimu sendiri” Depresi bukanlah hal yang bisa diciptakan – gak ada orang yang ingin depresi. Ini adalah penyakit dan seperti penyakit banyak orang yang mengalaminya.
2 “Semua orang menghakimimu”Semua orang yang depresi harus dikirimkan “jubah gaib” gratis yang bisa mereka gunakan ketika mereka ingin sedikit bersembunyi. Secara khusus pada hari di mana wajahmu bengkak karena kurang tidur, ketika nafasmu berat saat mengatasi serangan panik, dan ketika kamu menangis tanpa alasan.  Selama waktu ini kamu butuh seseorang yang akan mendengarmu tanpa menghakimi. Bisa teman, kerabat, atau konselor. Seseorang yang kamu gak perlu takut untuk mendatanginya.
3 “Terlalu banyak usaha untuk merasa lebih baik”Butuh kesabaran dan ketekunan untuk merasa lebih baik karena hal tersebut tidak terjadi hanya dalam semalam. Kamu mungkin perlu mengunjungi doktermu, mungkin kamu ditempatkan pada daftar tunggu, tapi hal-hal tersebut bernilai. Kapanpun kamu menyelesaikan sesuatu dari “rencana pemulihan”, belikan dirimu buku, pergi berenang, dan lainnya. Beri hadiah dirimu sendiri.
4 “Kamu pemalas”Beberapa orang merasa malas ketika mereka depresi. Karena sulit sekali untuk fokus, tidur, atau makan. Bahkan mandi pun terasa bagai tugas tersulit di dunia.  Depresi cenderung memberimu otak yang statis karena kamu memiliki dorongan luar biasa untuk “kabur”. Sangat mudah untuk menyalahartikan keadaan ini sebagai malas-malasan. Untuk merasa lebih produktif ketika depresi, kamu harus mengambil langkah kecil dan membiarkan dirimu merasa bangga akan pencapaian dari prestasi sekecil apapun.
5 “Kamu adalah beban bagi siapapun di sekitarmu”Kayak depresi gak cukup untuk menjadi masalah sendiri, hal tersebut sering datang barengan dengan rasa bersalah dan malu. Kamu merasa malu untuk merasa apa yang kamu rasakan sekarang, dan merasa bersalah untuk membebani orang lain dengan penyakitmu. Sesulit apapun tetap harus diingat kalau kamu bukanlah beban. Mengurai jeratan dari pikiran depresi dan menunjukkan nya ke seseorang yang dekat denganmu tidaklah membebani mereka – itu artinya kamu mempercayai mereka dan nantinya kamu akan semakin dekat karena itu. Orang-orang mau menolongmu dan sangat OK untuk menerima pertolongan mereka.
6 “Kamu gak akan pernah merasa lebih baik”Ketika kamu berada di lubang tergelap depresi, rasanya akan seperti gak ada jalan keluar dari sana. Kamu melihat foto-foto dirimu yang gak sedang depresi dan kamu melihatnya seperti orang berbeda yang gak akan kamu temui lagi. Padahal, depresimu itu gak akan bertahan selamanya. Kamu mungkin tidak bisa menjadi orang yang sama dalam foto itu, mungkin juga kamu akan menjadi sedikit berbeda, tapi kamu juga akan menyerap dan memproses pengalamanmu. Gak peduli semenyebalkan apapun, seiring waktu kamu akan sembuh.
7 “Gak ada seorang pun mengerti apa yang sedang kamu lalui”Mudah saja mengasingkan dirimu ketika depresi. Tapi suatu saat kamu akan terkejut ketika terbuka akan penyakit mentalmu ini ternyata banyak yang pernah berada di posisimu. Dengan itu, kamu akan berpikir kalau kamu gak sendirian.
Saat depresi, terjadi perubahan suasan hati (mood). Perubahan ini mempengaruhi cara berfikir dan bereaksi kita terhadap sekitar. Tak peduli seberapa ringannya masalah bagi kita yg tidak sedang depresi, mereka yg sedang depresi akan terbawa suasana hati sehingga menanggapinya dengan kesedihan.  Pada saat itu, komposisi senyawa-senyawa kimiawi yang ada di otak dalam posisi tidak seimbang. Serotonin dan dopamin dalam otak dalam posisi rendah. Untuk sampai ke posisi ini, ada banyak proses, misalnya akibat respon otak terhadap berbagai tekanan (stressor) yang mulanya adalah penyesuaian namun menjadi berkepanjangan (dalam konsep psikiatri modern, suasana hati adalah kondisi biomolekuler otak), atau oleh faktor lain. Namun apapun itu, siapapun orangnya, jika dia dalam kondisi seperti itu, respon dia tidak akan jauh berbeda dengan mereka yang mengalami itu, penurunan suasana hati, rasa bersalah, penyesalan, kesedihan. Namun semua kembali ke pribadi masing dan seberapa kuat diri untuk berusaha melawan. Dibutuhkan semangat dan dukungan dari lingkungan untuk orang-orang yang sedang dalam kondisi tersebut.

 sumber : semothh

0 komentar:

Post a Comment