Dasar-dasar Manajemen Hutan

Dasar-Dasar Pengetahuan Manajemen Hutan

Komponen Pendukung dalam Manajemen Kehutanan yaitu :
  1. Konsep Tegakan dan Hutan 
  2. Konsep Slvikultur & Struktur tegakan
  3. Riap (Pertumbuahan Pohon)
  4. Konsep Rotasi dan Daur 
  5. Konsep Hutan Ideal 
  6. Konsep Kelestarian Hutan   
Tegakan

Tegakan (Stand) adalah kesatuan pohon-pohon atau tumbuhan lain yang menempati suatu areal tertentu dan yang memiliki komposisi jenis (species), umur, dan kondisi yang cukup seragam untuk dapat dibedakan dari hutan atau kelompok tumbuhan lain di sebelah atau sekitar areal tersebut

Tegakan Seumur (Even-aged stand) adalah tegakan yang terdiri dari pohon-pohon yang berumur sama atau paling tidak berada dalam kelas umur yang sama.

Tegakan tidak Seumur (Uneven-aged stand) adalah tegakan yang terdiri dari pohon-pohon dengan perbedaan umur antara pohon yang paling tua dengan pohon yang paling muda paling sedikit sebesar tiga kelas umur.


Definisi-definisi
Kelas umur (age class) adalah salah satu dari rangkaian selang (interrval) waktu yang menyusun rentangan umur (life span) pohon hutan. Jadi rentangan umur pohon hutan dibagi ke dalam beb erapa selang waktu.
Dinamika suatu tegakan didasarkan atas prinsip-prinsip ekologi yang telah memberikan sumbangan kepada sifat dasar dari tegakan tersebut, seperti suksesi, kompetisi, toleransi,dan konsep zona optimum. Faktor-faktor inilah yang secara lansung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dari tegakan yang dibangun 



Dinamika Tegakan

Suksesi tumbuhan adalah pergantian suatu komunitas tanaman pada suatu areal oleh komunitas tanaman lain.

Kompetisi adalah suatu proses yang bergerak maju karena setiap spesies memiliki kemampuan yangberbeda dalam suatu lingkungan tertentu, dan spesies yang kurang mampu mengadakan penyesuaian akan hilang dari persaingan.

Toleransi dalam kehutanan diartikan sebagai kapasitas relatif suatu pohon untuk bersaing dalam keadaan cahaya yang rendah dan persaingan akar yang tinggi. 

Sistem Silvikultur :

Sistem Silvikultur Tebang Habis

Keuntungan :

Operasi pembalakan terkonsentrasi di areal kecil, tetapi volume kayu besar

Kerusakan akibat pembalakan terhadap tegakan mudah dicegah

Kerusakan pohon akibat tumbang oleh angin dihindari
Tanaman baru terdiri jenis intoleran, bebas persaingan dengan tegakan tua
Metode sederhana, praktis, dan mudah
Tegakan seumur, murni, dan teratur, tumbuh cepat
Pelaksanaan dengan tumpangsari dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar hutan 

Sistem Silvikultur :
Kerugian Tebang Habis :
Memusnahkan penutup tanah, iklim mikro berubah, lahan terbuka, gulma tumbuh meluas
Perlindungan terhadap erosi berkurang, juga tanah mudah lonsor terutama pada lapangan miring
Secara estetika kurang baik pemandangannya
Bahaya kebakaran meningkat karena angin dan panas terik
Tidak semua jenis dan ukuran pohon laku dijual
Hutan baru yang seumur dan murni kurang resistent terhadap penyakit, hama, dan kebakaran
Terbentuk humus yang susunanya didominasi oleh unsur tertentu
Unit cost penanaman per ha lebih mahal

Sistem Silvikultur :
Sistem Silvikultur Tebang Pilih
Keuntungan :
Perlindungan terhadap tempat tumbuh dan permudaan
Terjadi penutupan tajuk vertikal
Perlindungan terhadap hama dan penyakit
Secara estetika lebih baik
Permudaan alam jenis toleran dipermudah
Penyesuaian dengan situasi pasar kayu
Tegakan tak seumur lebih baik bagi habitat satwa
Menjamin kelestarian produksi pada kawasan kecil
Penjarangan dapat dilakukan simultan dengan pemanenan
Unit cost permudaan per ha lebih murah

Sistem Silvikultur :
Kerugian Tebang Pilih:
Produksi kecil, tetapi areal penebangan luas sehingga pengangkutan mahal
Kerusakan terhadap tegakan sisa
Memusnahkan sumber plasma nutfah/genetika yang baik
Bentuk pohon kurang baik karena ruang tumbuh luas pada umur tua
Permudaan jenis toleran lebih banyak dari pada intoleran
Memerlukan kecakapan profesional tinggi dari pelaksana
Tertutup terhadap penggembalaan ternak
Kurang menyerap tenaga kerja dalam operasinya
Permudaan alam lebih sulit diatur, demikian pula tindakan pemeliharaan/pembebasan.

Kegiatan Silvikultur
Praktek silvikultur tersebut berupa:
Pengendalian komposisi tegakan
Pengendalian kerapatan tegakan
Pembangunan areal yang tidak produktif
Perlindungan hutan
Pengendalian rotasi dan siklus tebang
Tercapainya efisiensi kerja
Perlindungan tanah dan manfaat tidak lansung hutan

 


0 komentar:

Post a Comment